Minggu, 13 September 2015

MUSUH ALAMI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens)




1.       Lycosa pseudoannulata (Laba-Laba Harimau)
Ukuran
5-8 mm
Rentang hidup
100 hari, jumlah telur 380/betina
Cirri-ciri
3 garis pada punggung, pola Y pada cephalothorax, mata kehitaman.
Habitat
Daun bagian bawah, batang bawah, permukaan daun (malam). Permukaan air (siang)
Tingkah laku
Aktif memburu mangsa
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, hama puti, hama putih palsu, lalat padi

2.       Oxyopes javanus (Laba-Laba Mata Jalang)
Ukuran
7-10 mm
Rentang hidup
150 hari, jumlah telur 350/betina
Cirri-ciri
Terdapat duri panjang pada tungkai, mata berbentuk segi enam
Habitat
Tanaman dan permukaan air
Tingkah laku
Agresif, dapat bergerak dan lari dengan cepat
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereg puggung putih, lalat padi

3.       Tetragnatha spp (Laba-Laba Rahang Empat)
Ukuran
10-25 mm
Rentang hidup
150 hari, jumlah telur 120/betina
Cirri-ciri
Memiliki rahang, tungkai panjang dan terjulur dalam satu garis
Habitat
Pada daun dan membentuk sarang
Tingkah laku
Aktif di malam hari (membuat sarag, menangkap mangsa, makan)
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereg puggung putih, lalat padi

4.       Microvelia douglasi atrolineata (Kepik Permukaan Air)
Ukuran
1,5 mm
Rentang hidup
45 hari, jumlah telur 100/betina
Cirri-ciri
Warna tubu itan mengkilap, tungkai-tungkai berjarak sama dengan tubuh, bahu melebar
Habitat
Air
Tingkah laku
Hidup berkelompok, tertarik pada sinar
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereg puggung putih, penggerek batang padi (yang baru menetas)

5.       Cyrtorhinus lividipennis (Kepik Mirid)
Ukuran
2,5-3,25 mm
Rentang hidup
30 hari, jumlah telur 30/betina
Cirri-ciri
Warna hijau terang kecuali bagian kepala kepik dewasa dan bahu bewarna hitam gelap
Habitat
Padi, tanaman lain, gulma
Tingkah laku
Tertarik sinar malam ari, aktif di malam hari, bergerak seperti wereng, pemburu manga, banyak di tempat dengan populasi hama tinggi
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, penggerek batang padi

6.       Paederus fuscipes (staphylinidae)
Ukuran
7 mm
Rentang hidup
90-110 hari, jumlah telur 24/betina
Cirri-ciri
Sayap separuh tubuh, ujung perut warna gelap, tubuh bersegmen
Habitat
Seluruh bagian tanaman, air, dan tanah
Tingkah laku
Berenang di air, aktif mencari mangsa di malam hari
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereg puggung putih, ulat bulu muda

7.       Ophionea migrofasciata (carabidae)
Ukuran
8 mm
Rentang hidup
120 hari, jumlah telur 28/betina
Cirri-ciri
Tubuh mengkilat, warna kebiruan, kulit halus
Habitat
Pangkal batang, tanah kering
Tingkah laku
Aktif mencari mangsa pada siang hari
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng puggung putih,

8.       Synharmonia octomaculata
Ukuran
6-7 mm
Rentang hidup
150 hari, jumlah telur 45/betina
Cirri-ciri
Kumbang dewasa bulat, warna kuning
Habitat
Seluruh bagian tanaman
Tingkah laku
Larva aktif memangsa dan berkelompok
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, penggerek batang padi

9.       Pseudogonatopus spp
Ukuran
2,5-3 mm
Rentang hidup
12 hari, jumlah telur 400/betina
Cirri-ciri
Betuk menyerupai semut, betina tidak bersayap tapi berkuku panjang di tungkai depan, larva dalam katung di samping inang
Habitat
Batang tanaman dan permukaan air
Tingkah laku
Menangkap dan memakan nimfa wereng padi lalu memarasit yang lain
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng zigzag

10.   Halictophagus sp (Strepsiteran)
Ukuran
1,3-1,5 mm (jantan), 1,5-1,8 (betina)
Rentang hidup
1-3 hari, jumlah telur 800-2000/betina
Cirri-ciri
Membuat lubag kecil di bagian sisi tubuh iag dan kepala bewarna hitam menyembul keluar
Habitat
Pangkal tanaman
Tingkah laku
Larva memarasit nimfa/dewasa dengan masuk melalui selaput atar ruas tubuh
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih.

11.   Conocephalus longipennis (Harimau bertanduk panjang)
Ukuran
25-32 mm
Rentang hidup
110 hari, jumlah telur 15-30/betina
Cirri-ciri
Tubuh warna hijau, sugut 2-3 kali panjang tubuh
Habitat
Daun dan malai
Tingkah laku
Sangat aktif di pagi hari. Memakan telur penggerek batang padi yang baru diletakkan
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, telur penggerek batang padi kuning

12.   Agriocnemis sp (Capung)
Ukuran
30 mm
Rentang hidup
10-30 hari, jumlah telur 30/betina
Cirri-ciri
Tubuh ramping, warna orange atau kebiruan
Habitat
Di bawah tajuk tanaman
Tingkah laku
Sering berpindah habitat
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih

13.   Anagrus sp, Gonatocerus sp, Oligosita sp
Ukuran
0,6-1,15 mm
Rentang hidup
2-6 hari, jumlah telur 10-30/betina
Cirri-ciri
Tulang sayap jarang, tubuh ramping, bentuk tubuh mirip lebah
Habitat
Batang tanaman
Tingkah laku
Betina menggunakan sungut untuk mencari telur wereng pada daun
Jenis mangsa
Wereng coklat, wereng hijau, wereng punggung putih


REFERENSI

Tim Pengendali Hama Wereng Coklat. 1986. Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat pada Tanaman Padi. Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.

Jumat, 04 September 2015

KARAKTERISTIK VIRUS NPV DAN EPV



Virus telah menginfeksi makhluk hidup 300 juta tahun lalu. Elisabeth Herniou, peneliti pada University of Tours di Perancis, kepada Livescience, Senin (12/9/2011), memaparkan, penelitian itu membantu pengetahuan seputar adaptasi virus dan proses evolusinya. Peneliti mempelajari virus parasit pada lebah (bracovirus).
Virus adalah organisme nonseluler yang mengandung DNA atau RNA. Karena virus hanya bisa memperbanyak diri pada jaringan yang hidup, maka semua virus adalah parasit interseluler obligat. Sesudah memperbanyak genom DNA atau RNA dalam sel inangnya, virus akan terbungkus dalam partikel yang dikenal sebagai virion yang merupakan partikel infektif untuk menginfeksi lagi inang baru.
Virus dibagi berdasarkan komposisi asam nuleat, struktur genom dan morfologi eksternal dari pembungkus. Ukuran virus dapat dari kecil ke besar sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Virus terbesar adalah pox virus, mempunyai ukuran virion mencapai 470 nanometer. Morfologi virus harus diinvestigasi menggunakan mikroskop electron dan menggunakan teknik biologi molecular. Struktur dasar virus adalah viral DNA atau RNA yang dikelilingi oleh kapsul protein dan ini dikenal sebagai virion. Nama latin tidak digunakan untuk memberi nama virus. Virus diklasifikasikan kedalam famili, dan individual virus diberi nama sesuai dengan ditemukan pertama kali pada serangga inang seperti Spodoptera litura NPV, Helicoverpa armigera NPV.
Ada enam kelompok virus serangga yaitu baculovirus, cytoplasmic-polyhedrosis virus, entomopoxvirus, iridovirus, densovirus danvirus yang memiliki RNA kecil. (Payne dan Kelly, 1981). Diantara virus-virus tersebut yang telah direkomendasikan dan dikembangkan dewasa ini yaitu dari Kelompok Baculovirus sub kelompok NPV (Nuclear Polihedrosis Virus). NPV banyak diketemukan pada permukaan tanaman dan tanah , infeksi ke serangga inang melalui saluran pencernaan. Beberapa NPV yang telah dikembangkan diantaranya yaitu :
·      Sl-NPV (Spodoptera Litua-NPV), mengendalikan ulat Grayak pada Palawija,
·      Se-NPV (Spodoptera exigua-NPV), mengendalikan ulat tanaman bawang,
·      Ha-NPV (Helicoperve armigera-NPV), mengendalikan ulat penggerek buah palawija.
·      Ms-NPV (Mymthimna separata –NPV) untuk mengendalikan ulat grayak tanaman Padi

NPV bersifat spesifik inang. Meskipun memiliki potensi yang cukup tinggi, keberadaaannya dilapangan secara alamiah dan teknologi pemanfaatannya telah diketahui namun dalam hal ini masih belum dimanfaatkan secara luas dan maksimal.

NPV banyak menginfeksi serangga dan setiap spesies mempunyai spesifik spesies. NPV menginfeksi lebih dari 500 spesies, Lepidoptera adalah inang yang penting dari NPV. Partikel infektif dari virus atau virion ini dapat terbungkus oleh single SNPV atau multiple MNPV. Polyhedra dari NPV mengandung beberapa sampai banyak virion.
Sesudah tertelan oleh inang dan akan bereproduksi di dalam sel midgut, atau jaringan lain dan organ serangga menjadi terinfeksi terutama tubuh lemak, epidermis dan sel darah. Serangga yang terinfeksi umumnya akan mati setelah 5-12 hari sesudah infeksi tergantung pada dosis virus, temperatur dan stadia larva instar ketika terjadi infeksi. Seperti pada serangan cendawan, perilaku seperti summit diseases terjadi pada serangga yang terserang NPV. Serangga yang akan mati akan naik ke atas tanaman dimana mereka mati dan. Jutaan polyhedra yang terkandung pada cairan tubuh serangga yang mati dan pecah akan jatuh ke bawah dalam feeding zone (daun, sisa-sisa daun) yang mungkin akan termakan oleh ulat sehat yang lain.
Virus ini berbentuk batang dan terdapat dalam inclusion bodies yang disebut polihedra. Polihedra berbentuk kristal bersegi banyak dan terdapat didalam inti sel yang rentan dari serangga inang, seperti hemolimfa, badan lemak, hypodermis dan Matriks trakea. Polihedra berukuran 0,5 –15 um dan mengandung partikel virus (virion).
Virion berbentuk batang, berukuran 40 – 70 nm x 250 – 400 nm dan mengandung molekul deoxy-ribonucleid acid (DNA) (iggnoffo and Couch, 1981, Tanada dan Kaya, 1993). Morfologi polihedra dan virion dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Virus ini membentuk polihedra yang tersusun dari protein polihedrin, yang akan larut pada saluran pencernaan larva bagian tengah (midgut) yang bersifat basa (pH 9.5-11) (Flipsen, 1995). Setelah polihedra larut, virion akan lepas dan menembus membran peritrofik dari saluran pencernaan larva. Selanjutnya, virion akan terus masuk ke dalam sel-sel saluran pencernaan larva, bereplikasi dan menghasilkan budded virus yang akan menyebar untuk menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh serangga (Hawtin, et al., 1992 ; Volkman, 1997).
Sebagai agens pengendali OPT secara hayati, NPV memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
·      Memiliki inang spesifik dalam kelompok genus atau familia yang sama.
·      Tidak mempengaruhi parasitoid dan predator dan tidak membahayakan serangga bukan sasaran, manusia dan lingkungan.
·      Dapat mengatasi masalah kereistensian OPT terhadap insektisida kimiawi
·      Kompatibel dengan insektisida kimiawi lainnya. ( Maddox, 1975; Starnes et.al, 1993)
Disamping sifat menguntungkan , NPV juga memiliki sifat merugikan antara lain :
·      Peka terhadap sinar matahari
·      NPV memiliki daya bunuh lambat dibandingkan dengan Insektisida
·      Dipengaruhi oleh keadaan alam n(Suhu tinggi > 40 oC, bersifat asam pH 4-9 dan pengaruh bahan kimia formalin / natrium hipoklori/desinfektan).


REFERENSI


Arifin, M, Penggunaan Virus (NPV) dalam penanganan OPT dan Implementasinya di Lapangan. Makalah Balitbio, Pertemuan Koordinasi Penanganan OPT dan Perumusan Komponen PHT Spesifik Lokasi tanggal. 3 – 5 Agustus 1997.

Arifin, M, Pemanfaatan Sl-NPV sebagai Agensia Pengendalian Hayati Ulat Grayak Pda Kedelai, Dalam Makalah Pelatihan Pemanfaatan dan Pengelolaan Agens Hayati

Belitz, LA and Waller, DA. 1998. Effect of Temperature and Termite Starvation on Phagocytosis by Protozoan Symbionts of the Eastern Subterranean Termite Reticulitermes flavipes Kolla. Microb. Ecol. 36 (2): 175-80

Bignel,l DE, Eggleton P (2000) Termites in ecosystem. In: Abe T, Bignell DE, Higashi M (eds)  Termites: evolution, sociality, symbioses, ecology. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, pp 363–388

Breznak, J. A. 2000. Ecology of prokaryotic microbes in the guts of wood- and litter-feeding termites. In T. Abe, D. E. Bignell, and M. Higashi (eds.), Termites: Evolution, sociality, symbiosis, ecology, pp. 209–231. Kluwer Academic Publ., Dordrecht, NL.

Heriyanto dan Suharno. 2008. Studi Patogenitas Metarhizium anisopliae (Meth.) Sor Hasil Perbanyakan Medium Cair Alami Terhadap Larva Oryctes rhinoceros. J. Ilmu-ilmu Pertanian 4 (1): 47-54.

Inoue, T., Moriya S, Ohkuma M, Kudo T 2005 Molecular cloning and characterization of a cellulose gene from a symbiotic protist of the lower termite, Coptotermes formosanus. Gene 349, 67–75

Kambhampati, S. and Eggleton, P. 2000. Phylogenetics and taxonomy. In, Abe, T., Bignell, D. E., Higashi, M. (eds). Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Publishing. pp1-23

Krishna, K., & F.M. Weesner (eds.). 1969. Biology of Termites [vol. 1]. Academic Press; New York, New York; xiii+598 pp.

Nakashima, K., Watanabe H, Azuma J 2002 Cellulase genes from the parabasalian symbiont Pseudotrichonympha grassii in the hindgut of the wood-feeding termite Coptotermes formosanus. Cell. Mol. Life. Sci 59

Noirot, C. and Noirot-Timothée C. 1969. The digestive system. In: Krishna K, Weesner FM, editors. Biology of Termites, pp 49–88. Academic Press

Ohtoko, K, Ohkuma M, Moriya S, Inoue T, Usami R, Kudo T 2000 Diverse genes of cellulase homologues of glycosyl hydrolase family 45 from the symbiotic protists in the hindgut of the termite Reticulitermes speratus. Extremophiles 4, 343–349.

Prayogo, Y. Wedanimbi, T dan Marwoto. 2005. Pemanfaatan Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura pada kedelai. Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian 94 (1): 19-26

Priyanti, Sri. 2009. Kajian Patogenitas Cendawan Metarhizium anisopliae Pada Media Koalin Untuk Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros dalam Prosiding Simposium I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian. Bogor 20 Januari 2009 :150

Putra, Nugroho. Susetya. 2011. Kecoa: Binatang menjijikkan yang sebenarnya bermanfaat. <http://ilmuserangga.wordpress.com/2011/06/18/kecoa-binatang-menjijikkan-yang-sebenarnya-bermanfaat/>. Diakses tanggal 24 Juni 2013.

Santoso T, 1992, Penggunaan Nuclear Polyhedrosis Virus Spodoptera Litura dan Bacillus thuringensis untuk pengendalian Hama Perusak Daun Kedelai, Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu, Cisarua 7 – 8 September 1992.

Scharf, M.E. and Tartar, A. (2008) Termite digestomes assources for novel lignocellulases. Biofuels Bioproducts Biorefining, 2, 540–552

Sismiharjo H, 1996, Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (Sl-NPV) Sebagai Sarana Pengendali Hayati terhadap Ulat Grayak Pada Tanaman Kedelai, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Direktorat Nbina Perlindungan Tanaman, Jakarta.

Tanaka, H., Aoyagi, H., Shina, S., Dodo, Y., Yoshimura, T., Nakamura, R. and Uchiyama, H. .2006. Influence of the diet components on the symbiotic microorganisms community in hindgut of Coptotermes formosanus Shiraki. Applied and Environmental Microbiology, 71, 907–917

Todaka, N., Moriya, S., Saita, K., Hondo, T., Kiuchi, I., Takasu,H., Ohkuma, M., Piero, C., Hayashizaki, Y. and Kudo, T.2007. Environmental cDNA analysis of the genes involvedin lignocellulose digestion in the symbiotic protist communityof Reticulitermes speratus. FEMS Microbiology Ecology, 59,592–599

Watanabe H, Nakashima K, Saito H, Slaytor M 2002 New endo-β-1,4-glucanases from the parabasalian symbionts, Pseudotrichonympha grassii and Holomastigotoides mirabile of Coptotermes termites. Cell. Mol. Life Sci 59




Ikuti Saya ^___^

visitors

 

My Blog List

Feedjit

PLANT HOSPITAL Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino