Rabu, 13 Mei 2015

JENIS-JENIS FORMULASI PESTISIDA


Pestisida (Inggris : pesticide) secara harafiah berarti pembunuh hama (pest:hama; cide:membunuh). Menurut Peraturan Pemerintah No. 7/1973, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk (Djojosumarto, 2000) :

  1. mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
  2. mengendalikan rerumputan;
  3. mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan;
  4. mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak;
  5. mengendalikan hama-hama air;
  6. mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.
Sedangkan definisi menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri, atau jasad renik yang terdapat pada manusia atau binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Sudarmo, 1988).
Pestisida dapat membantu manusia dalam mengatasi gangguan hama tanaman, namun aplikasi pestisida dapat juga menimbulkan akibat-akibat samping yang merugikan manusia maupun lingkungan. Musuh-musuh alami (predator dan parasit) hama yang terkena pestisida bisa ikut mati. Biasanya musuh-musuh alam lebih peka terhadap pestisida dibanding hama sasaran. Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam berdasar fungsi, antara lain : akarisida, algisida, avisida, bakterisida, fungisida, herbisida, insektisida, molluskisida, nematisida, rodentisida, silvisida, termisida dan lain-lain (Sudarmo, 1988).
Pestisida diaplikasikan dengan berbagai cara. Cara-cara mengaplikasikan pestisida di antaranya yaitu : Penyemprotan (spraying), pengasapan (fumigation), penghembusan (dusting), penaburan pestisida butiran, perawatan benih, pencelupan fumigasi, injeksi dan penyiraman (Djojosumarto, 2000).
Pestisida memiliki beberapa formulasi, antara lain (Maspary, 2010):
1.   EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan konsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi. Konsentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi. EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
2.      Soluble Concentrate in Water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.
3.      Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). Pekatan ini diarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprot.
4.      Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
5.      Flowable (F) atau Flowable in Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yang sangat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emulsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
6.      Ultra Low Volume (ULV). Khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
7.      Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
8.      Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
9.      Butiran/Granule (G). Butiran yang umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lahan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur), setelah penaburan dapat juga diikuti dengan pegolahan tanah. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
10.  Water Dipersible Granule (WG atau WDG). WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
11.  Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih.
12.  Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.

13.  Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

0 comments :

Posting Komentar

Ikuti Saya ^___^

visitors

 

My Blog List

Feedjit

PLANT HOSPITAL Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino