Minggu, 09 Februari 2014

IDENTIFIKASI HAMA : TIKUS POHON


Tikus Pohon (Rattus tiomanicus)

A.    Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi tikus pohon adalah:
Kelas                     : Mammalia
Subkelas                : Theria
Infra Kelas             : Eutheria
Ordo                      : Rodentia
Subordo                 : Myomorpha
Famili                    : Muridae
Subfamili               : Murinae
Genus                   : Rattus
Spesies                  : tiomanicus
                    
                  Tikus pohon memiliki tubuh berbentuk silindris, memiliki ciri-ciri panjang  ekor 180–250 cm lebih panjang dibandingkan dengan kepala dan badan (130-200 cm), tubuh bagian dorsal beruban halus berwarna kehijauan,  dan bagian ventralnya berwarna abu-abu pucat dengan ujung putih (Priyambodo, 2003). Menurut Aplin et al (2003) tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan dan bagian ventralnya berwarna krem. Hewan betina memiliki puting susu lima pasang yaitu dua pasang pektoral dan tiga pasang inguinal, tekstur rambut agak kasar, bentuk hidung kerucut,  serta warna  ekor bagian atas dan bawah coklat hitam (Priyambodo, 2003).

B.    Biologi dan Ekologi
            Tikus pohon termasuk golongan omnivora (pemakan segala) tetapi cenderung untuk memakan biji-bijian atau serealia (Sipayung, Sudharto, dan Lubis 1987). Kebutuhan pakan dalam bentuk kering bagi seekor tikus pohon setiap hari kurang lebih sekitar 10% dari bobot tubuhnya, sedangkan untuk pakan dalam bentuk pakan basah sekitar 20% dari bobot tubuhnya (Priyambodo, 2003). Tikus pohon memiliki kemampuan fisik yang baik seperti memanjat, meloncat, mengerat, dan berenang. Tikus pohon memiliki kemampuan untuk memanjat pohon. Kemampuan memanjat ini ditunjang oleh adanya tonjolan pada telapak kaki yang disebut dengan footpad yang besar dan permukaan yang kasar (Priyambodo, 2003). Tikus dapat merusak bahan-bahan yang keras sampai dengan nilai 5,5 pada skala  kerusakan geologi.  Kerusakan yang disebabkan oleh tikus pohon disebabkan  tikus memiliki kemampuan mengerat yang tinggi sebagai aktivitas untuk mengurangi panjang gigi seri yang tumbuh terus menerus (Meehan, 1984).
            Tikus pohon tidak dapat membuat sarang dengan cara menggali tanah, tetapi membuat sarang di antara pelepah-pelepah daun kelapa sawit atau celah-celah yang ada di antara pohon pohon (Priyambodo, 2003). Tikus merupakan hewan poliestrus yaitu dapat melahirkan anak sepanjang tahun tanpa mengenal musim, memiliki masa bunting singkat antara 2 sampai 3 bulan, dan rata-rata enam ekor per kelahiran. Faktor abiotik yang mempengaruhi dinamika populasi tikus adalah cuaca dan air, sedangkan faktor biotik yaitu tumbuhan, patogen, predator, tikus lain, dan manusia (Priyambodo, 2003). Habitat tiap spesies tikus berbeda-beda, tetapi hal tersebut tidak membatasi wilayah penyebarannya.  Tikus pohon selain ditemukan di sekitar perkebunan kelapa dan kelapa sawit juga sering ditemukan di perkebunan kakao, lahan persawahan, areal pertanian, lapangan terbuka, dan pekarangan rumah (Meehan 1984). Daerah penyebaran utama dari tikus pohon adalah di Indonesia (Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera), Malaysia, Singapura, dan Thailand).

C.    Pengendalian
                  Tikus pohon (Rattus tiomanicus) adalah hama penting pada perkebunan kelapa sawit. Pengendalian serangan tikus pohon pada perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan memberikan perlakuan pada tanaman kelapa sawit dan perlakuan untuk mengendalikan populasi tikus pohon. Pengendalian serangan tikus pohon dengan memberi perlakuan pada tanaman kelapa sawit, yaitu dengan menggunakan membuat pagar individu, member ipolybag, dan pemberian klerat/ramotal. Pemberian pagar individu memiliki kelebihan mudah dilakukan dan ramah terhadap lingkungan. Namun, kekurangannya adalah biaya mahal, hanya untuk TBM (tanaman belum menghasilkan), mengganggu pertumbuhan kelapa sawit, keberhasilan perlakuan tergantung kedisiplinan petugas pemasang pagar di lapangan, populasi tukus tetap tinggi karena tikus tidak mati dan itu mmbahayakan TM (tanaman menghasilkan), dan pengendalian bersifat sementara. Penggunaan polybag memiliki kelebihan seperti, murah, mudah dilakukan, dan ramah lingkungan. Kekurangannya adalah sama dengan perlakuan pemberian pagar individu. Penggunaan perlakuan kleret/ramotal memiliki kelebihan seperti bahan mudah didapat, dapat digunakan pada TBM dan TM, dan mudah dilakukan. Kekurangannya, antara lain mahal, tidak ramah lingkungan, tergantung produsen rodentisida, dan dapat terjadi kekebalan/ kejeraan tikus.
                  Beberapa pengendalian kerap dilakukan, tetapi belum mampu memberikan hasil yang maksimal dalam mengendalikan tikus pohon (R. tiomanicus) yang menjadi hama tanaman kelapa sawit. Pengendalian yang lain, yaitu pengendalian untuk mengendalikan populasi tikus pohon (R. tiomanicus), yaitu dengan menggunakan musuh alami. Musuh alami yang biasa digunakan untuk mengendalikan populasi tukus pohon (R. tiomanicus) sehingga serangan tikus pohon (R. tiomanicus) pada tanaman kelapa sawit dapat diminimalisir, yaitu barn owl (Tyto alba). Beberapa kelebihan penggunaan Tyto alba dalam mengendalikan populasi tikus pohon (R. tiomanicus) di perkebunan kelapa sawit adalah ramah lingkungan (tidak ad bangkai tikus atau pencemaran rodentisida), mudah dilakukan, 60% lebih murah daripada menggunakan rodentisida, tidak perlu pengawasan ketat karena secara alami Tyto alba akan berburu tikus untuk kebutuhan makanannya, populasi tikus dapat dikendaikan di bawah ambang ekonomi sepanjang tahun, serta mudah dilaksanakan dan tidak tergantung produsen lain (missal seperti rodentisida). Namun, kekurangannya adalah penggunaan Tyto alba ini hanya pada TM.
                  Burung hantu T. alba merupakan predator hama tikus yang sangat potensial karena 90% makanannya berupa tikus. Seekor T. alba dapat memangsa 300 ekor tikus per tahun atau 4 ekor tikus dalam satu malam. Perkembangan cepat dan daya jelajah tinggi sejauh 3-12 km. Oleh karena itu, penggunaan T. alba efektif dan efisien dalam mengendalikan serangan tikus pohon (R. tiomanicus) pada perkebunan kelapa sawit.




DAFTAR PUSTAKA

A., Dhamayanti. 2009. Kajian Sosial Ekonomi Pengendalian Hama Tikus Pohon, Rattus timanicus Miller, dengan Burung Hantu Tyto alba pada Perkebunan Kelapa Sawit. Seminar Nasional Perlindungan Tanaman 5-6 Agustus 2009. (http : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54330/Kajian%20sosial%20ekonomi.pdf?sequence=1). Diakses tanggal 8 Oktober 2012.

0 comments :

Posting Komentar

Ikuti Saya ^___^

visitors

 

My Blog List

Feedjit

PLANT HOSPITAL Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino