Tikus Pohon (Rattus tiomanicus)
A.
Klasifikasi
dan Morfologi
Klasifikasi
tikus pohon adalah:
Kelas : Mammalia
Subkelas :
Theria
Infra Kelas : Eutheria
Ordo : Rodentia
Subordo :
Myomorpha
Famili : Muridae
Subfamili :
Murinae
Genus : Rattus
Spesies :
tiomanicus
Tikus pohon memiliki tubuh
berbentuk silindris, memiliki ciri-ciri panjang ekor 180–250 cm lebih panjang dibandingkan
dengan kepala dan badan (130-200 cm), tubuh bagian dorsal beruban halus
berwarna kehijauan, dan bagian
ventralnya berwarna abu-abu pucat dengan ujung putih (Priyambodo, 2003). Menurut
Aplin et al (2003) tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan dan bagian
ventralnya berwarna krem. Hewan betina memiliki puting susu lima pasang yaitu
dua pasang pektoral dan tiga pasang inguinal, tekstur rambut agak kasar, bentuk
hidung kerucut, serta warna ekor bagian atas dan bawah coklat hitam
(Priyambodo, 2003).
B.
Biologi
dan Ekologi
Tikus pohon termasuk golongan
omnivora (pemakan segala) tetapi cenderung untuk memakan biji-bijian atau
serealia (Sipayung, Sudharto, dan Lubis 1987). Kebutuhan pakan dalam bentuk
kering bagi seekor tikus pohon setiap hari kurang lebih sekitar 10% dari bobot
tubuhnya, sedangkan untuk pakan dalam bentuk pakan basah sekitar 20% dari bobot
tubuhnya (Priyambodo, 2003). Tikus pohon memiliki kemampuan fisik yang baik
seperti memanjat, meloncat, mengerat, dan berenang. Tikus pohon memiliki
kemampuan untuk memanjat pohon. Kemampuan memanjat ini ditunjang oleh adanya
tonjolan pada telapak kaki yang disebut dengan footpad yang besar dan permukaan
yang kasar (Priyambodo, 2003). Tikus dapat merusak bahan-bahan yang keras
sampai dengan nilai 5,5 pada skala
kerusakan geologi. Kerusakan yang
disebabkan oleh tikus pohon disebabkan
tikus memiliki kemampuan mengerat yang tinggi sebagai aktivitas untuk
mengurangi panjang gigi seri yang tumbuh terus menerus (Meehan, 1984).
Tikus pohon tidak dapat membuat
sarang dengan cara menggali tanah, tetapi membuat sarang di antara
pelepah-pelepah daun kelapa sawit atau celah-celah yang ada di antara pohon
pohon (Priyambodo, 2003). Tikus merupakan hewan poliestrus yaitu dapat
melahirkan anak sepanjang tahun tanpa mengenal musim, memiliki masa bunting
singkat antara 2 sampai 3 bulan, dan rata-rata enam ekor per kelahiran. Faktor
abiotik yang mempengaruhi dinamika populasi tikus adalah cuaca dan air,
sedangkan faktor biotik yaitu tumbuhan, patogen, predator, tikus lain, dan
manusia (Priyambodo, 2003). Habitat tiap spesies tikus berbeda-beda, tetapi hal
tersebut tidak membatasi wilayah penyebarannya.
Tikus pohon selain ditemukan di sekitar perkebunan kelapa dan kelapa sawit
juga sering ditemukan di perkebunan kakao, lahan persawahan, areal pertanian,
lapangan terbuka, dan pekarangan rumah (Meehan 1984). Daerah penyebaran utama
dari tikus pohon adalah di Indonesia (Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera),
Malaysia, Singapura, dan Thailand).
C.
Pengendalian
Tikus pohon (Rattus tiomanicus) adalah hama penting
pada perkebunan kelapa sawit. Pengendalian serangan tikus pohon pada perkebunan
kelapa sawit dilakukan dengan memberikan perlakuan pada tanaman kelapa sawit
dan perlakuan untuk mengendalikan populasi tikus pohon. Pengendalian serangan
tikus pohon dengan memberi perlakuan pada tanaman kelapa sawit, yaitu dengan
menggunakan membuat pagar individu, member ipolybag, dan pemberian klerat/ramotal.
Pemberian pagar individu memiliki kelebihan mudah dilakukan dan ramah terhadap
lingkungan. Namun, kekurangannya adalah biaya mahal, hanya untuk TBM (tanaman
belum menghasilkan), mengganggu pertumbuhan kelapa sawit, keberhasilan
perlakuan tergantung kedisiplinan petugas pemasang pagar di lapangan, populasi
tukus tetap tinggi karena tikus tidak mati dan itu mmbahayakan TM (tanaman
menghasilkan), dan pengendalian bersifat sementara. Penggunaan polybag memiliki
kelebihan seperti, murah, mudah dilakukan, dan ramah lingkungan. Kekurangannya
adalah sama dengan perlakuan pemberian pagar individu. Penggunaan perlakuan
kleret/ramotal memiliki kelebihan seperti bahan mudah didapat, dapat digunakan
pada TBM dan TM, dan mudah dilakukan. Kekurangannya, antara lain mahal, tidak
ramah lingkungan, tergantung produsen rodentisida, dan dapat terjadi kekebalan/
kejeraan tikus.
Beberapa pengendalian kerap
dilakukan, tetapi belum mampu memberikan hasil yang maksimal dalam
mengendalikan tikus pohon (R. tiomanicus)
yang menjadi hama tanaman kelapa sawit. Pengendalian yang lain, yaitu
pengendalian untuk mengendalikan populasi tikus pohon (R. tiomanicus), yaitu dengan menggunakan musuh alami. Musuh alami
yang biasa digunakan untuk mengendalikan populasi tukus pohon (R. tiomanicus) sehingga serangan tikus
pohon (R. tiomanicus) pada tanaman
kelapa sawit dapat diminimalisir, yaitu barn
owl (Tyto alba). Beberapa
kelebihan penggunaan Tyto alba dalam
mengendalikan populasi tikus pohon (R.
tiomanicus) di perkebunan kelapa sawit adalah ramah lingkungan (tidak ad
bangkai tikus atau pencemaran rodentisida), mudah dilakukan, 60% lebih murah
daripada menggunakan rodentisida, tidak perlu pengawasan ketat karena secara alami
Tyto alba akan berburu tikus untuk
kebutuhan makanannya, populasi tikus dapat dikendaikan di bawah ambang ekonomi
sepanjang tahun, serta mudah dilaksanakan dan tidak tergantung produsen lain
(missal seperti rodentisida). Namun, kekurangannya adalah penggunaan Tyto alba ini hanya pada TM.
Burung hantu T. alba merupakan predator hama tikus
yang sangat potensial karena 90% makanannya berupa tikus. Seekor T. alba dapat memangsa 300 ekor tikus
per tahun atau 4 ekor tikus dalam satu malam. Perkembangan cepat dan daya
jelajah tinggi sejauh 3-12 km. Oleh karena itu, penggunaan T. alba efektif dan efisien dalam mengendalikan serangan tikus
pohon (R. tiomanicus) pada perkebunan
kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
A.,
Dhamayanti. 2009. Kajian Sosial Ekonomi Pengendalian Hama Tikus Pohon, Rattus timanicus Miller, dengan Burung
Hantu Tyto alba pada Perkebunan
Kelapa Sawit. Seminar Nasional Perlindungan Tanaman 5-6 Agustus 2009. (http : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54330/Kajian%20sosial%20ekonomi.pdf?sequence=1).
Diakses
tanggal 8 Oktober 2012.
0 comments :
Posting Komentar