KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Subclass : Diplogasteria
Ordo : Tylenchida
Famili : Heteroderidae
Subfamili : Heteroderinae
Genus : Globodera
Spesies : Globodera spp
Nematoda ini termasuk famili Heteroderidae. Ada 2 (dua) genus yang terkenal
yaitu Heterodera dan Globodera. Beberapa spesies yang termasuk genus Heterodera
yaitu : Heterodera avanae (nematoda sista serealia), H. glycines (nematoda
sista kedelai) dan H. schachtii (nematoda sista gula bit), sedangkan spesies
yang termasuk genus Globodera diketahui ada 14 spesies masing-masing memiliki
inang spesifik. Nematoda sista kentang ada dua spesies yang hampir sama yaitu Globodera rostochiensis (Wolienweber)
Mulvey & Stone dan G. pallida
Stone yang pada awalnya diidentifikasi sama. Spesies Globodera rostochiensis atau yang dikenal sebagai Nematoda Sista
Kuning (NSK, Golden Cyst Nematoda) dan G.
pallida (nematoda sista kuning berwarna putih).
Morfologi. Nematoda sista kuning termasuk genus Globodera,
yang mempunyai spesialisasi dan sukses menjadi nematoda parasit tanaman sebagai
hama pada tanaman pertanian. Jenis/spesies ini ditemukan dalam jaringan akar
dalam keadaan sudah berubah bentuk dari cacing menjadi membulat (seperti bentuk
botol)
Sebagian besar
spesies Globodera sudah membentuk sista menempel dengan bagian
anterior tubuhnya menyusup dalam korteks, sedangkan bagian posteriornya di luar
jaringan akar (semi endoparasit). Bentuk sista membulat (globular atau
spheroid), warnanya sebagian besar kuning emas, sebagian lagi putih dan kuning
tua sampai coklat. Nematoda sista kuning berukuran kecil, secara alami berada
didalam dan bercampur dengan masa tanah yang luas, dan mempunyai keahlian yang
ekstrim untuk berkumpul dan menemukan inangnya. Dia juga dapat bertahan hidup
untuk waktu yang lama dalam tanah tanpa inang yang
cocok.
Telur berbentuk oval, massa telur berada di dalam tubuh betina yang
telah dibuahi menjadi sista. (gambar 2 B.). Ukuran panjang telur antara 98-109
µm dengan rata-rata 105 µm. sedangkan lebar antara 50-59 µm dengan rata-rata
54,6 µm
Larva stadia dua ketika masih di dalam
telur pada umumnya tubuh larva melipat menjadi empat lipatan. Larva berbentuk
cacing, bentuk ekor makin ke ujung makin mengecil (Gambar 3 b dan 4 b.). Kepala
sedikit offset (bagian kepala dengan bagian tubuh dibelakang kepala dipisahkan
suatu lekukan pada kutikula). Stinlet tipe stomatosilet dan berkembang dengan
baik. Knob stilet (pangkal stilet) berbentuk membulat. Panjang tubuh total
antara 531-563 µm dengan rata-rata 548,4 µm, sedang lebar tubuh maksimum antara
22-26 µm dengan rata-rata 23,6 µm. Panjang kepala antara 4-6 µm dengan rata-rata
5,2 µm sedang lebar tubuh pada pangkal kepala antara 11-12 µm dengan rata-rata
11,6 µm. Panjamh stinlet antara 21-33 µm dengan rata-rata 25,2 µm.
Biologi. Berdasarkan Tuner, S.J. dan K. Evan (1998) dan daftar dari
EPPO (1994) kedua spesies NSK ini telah menyebar di beberapa negara di Eropa
(Austria, Balarus, Belgia, Bulgaria, Cekoslowakia, Denmark, Estonia, Finlandia,
Prancis, Jerman, Swiss, Hungaria, Iceland, Italia, Latvia, Lituania, Luxemburg,
Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rusia, Spanyol, Swedia,
Switzelan, Ukraina dan Inggris), Asia (Cyprus, India, Jepang, Libanon,
Malaysia, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, dan Tajekistan), Afrika (Algeria,
Mesir, Libia, Maroko, Siera Leona, Afrika Selatan, dan Tunisia), Amerika Utara
(Kanada, Meksiko, dan USA), Amerika Tengah (Kostarika dan Panama), Amerika
Selatan (Agentina, Bolivia, Chili, Kolumbia, Ekuador, Peru, dan Venezuela) dan
Ocionea (Australia, New Zealand dan Norfolk Island).
Serangan NSK pertama kali
ditemukan di Indonesia berdasarkan pemantauan Direktorat Perlindungan
Hortikultura dan Direktorat Perbenihan Hortikultura pada bulan Maret 2003.
Awalnya dilaporkan menyerang tanaman kentang (varietas Granola) di dusun Sumber
Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur.
Luas tanaman terserang diperkirakan mencapai 25% dari luas tanaman kentang yang
seluruhnya seluas 800 hektar. Gejala tersebut telah dirasakan sejak tahun
sebelumnya. Benih kentang yang ditanam tahun 2002 dilaporkan berasal dari
Jerman, tetapi para petani sudah menanam benih impor sejak tahun 1986
(Ditlinhor, 2003)
Tanaman
komersial yang diserang dan menjadi inang utama adalah kentang (Solanum
tuberosum), tomat (Lycopersicon esculentum), dan
terung(S.melongena). Di samping itu, dilaporkan terdapat tanaman inang
lainnya, yaitu S. dulcamara (bitter nightshade), S. rostratum (buffalo
bur), S. triflorum (cutleaf nightshade), S. elaeagnifolium (silverleaf
nightshade), S. blodgettii, S. xanti (purple nightshade), dan S.
integrifolium (tomato eggplant). Pemulia tanaman juga menemukan 90
spesies Solanum di Amerika Selatan yang menjadi inang NSK.
Beberapa spesies gulma juga dapat
menjadi inang NSK. Hasil pemantauan di Malang, Jawa Timur, beberapa spesies
gulma dari famili solanaceae yaituDatura stramonium, Nicandra physaloides,
dan spesies-spesies lain yang berasosiasi dengan tanaman kentang, perlu
diwaspadai sebagai inang alternatifnya (Widjaya, 2003).
Siklus Hidup. Siklus hidupnya melalui tahapan stadium telur, larva,
dan dewasa berlangsung selama 38 - 48 hari. Daur hidup antara 5-7 minggu
tergantung kondisi lingkungan (Gambar 3 A). Produksi telur 200-500 butir.
Kemampuan hidup di dalam tanah pada kondisi lingkungan kurang menguntungkan
(tidak ada inang, suhu sangat rendah atau sangat tinggi dan kekeringan) dapat
membentuk sista yang dapat bertahan hidup sampai 10 tahun (Taylor,
1953dalam Hamzah, A., 2003). Sista berisi telur yang belum menetas dengan
kisaran jumlah telur dalam sista 326 – 493 dari 10 sista yang dipecahkan
(Soeganda, A.W.W., 2003).
Nematoda aktif kembali setelah
kondisi lingkungan sesuai, terutama adanya eksudat akar tanaman inang. Larva
stadium dua aktif pada suhu 10C. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan
perkembang biakannya antara 15 - 21C.oo Kisaran pH yang dapat ditoleransi
sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman kentang. Sejak introduksi sampai
”establish” pada tingkat yang dapat dideteksi di areal yang sudah terinfeksi
keberadaannya secara permanen diperlukan waktu 7-8 tahun. Pada awal infeksi
gejala serangan pada tanaman belum terlihat, setelah mencapai populasi
“tertentu” akan tampak. Berdasarkan hasil penelitian di Jepang, jumlah populasi
awal G. rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian adalah 31 sista
hidup per 100 gram tanah (Inagaki et.al., 1973, Vide Barker and Olthof,
1976 dalam Soeganda, A.W.W., 2003).
Sejak introduksi sampai ”establish” pada tingkat yang dapat
dideteksi di areal yang sudah terinfeksi keberadaannya secara permanen
diperlukan waktu 7-8 tahun. Pada awal infeksi gejala serangan pada tanaman
belum terlihat, setelah mencapai populasi “tertentu” akan tampak. Berdasarkan
hasil penelitian di Jepang, jumlah populasi awal G.
rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian adalah 31 sista hidup per
100 gram tanah (Inagaki et.al., 1973, Vide Barker and Olthof,
1976 dalam Soeganda, A.W.W., 2003).
Gejala. Tanaman kentang yang terserang NSK ( Nematoda Sista Kuning)
daun-daunnya menguning lebih awal, lalu kering dan akhirnya mati karena
perakaran terganggu. Jika tanaman tersebut masih dapat bertahan hidup dan dapat
menghasilkan umbi maka umbinya berukuran kecil dan jumlahnya sedikit. Gejala
serangan NSK dalam areal pertanaman kentang akan terlihat tanaman menguning
tidak merata. Penurunan produksi akibat serangan NSK dapat mencapai 70%
(Ditlinhor, 2003).
Gejala pertama dari infestasi
miskin biasanya pertumbuhan tanaman,klorosis , dan layu. infestasi berat dapat
menyebabkan sistem akar berkurang, stres air, dan kekurangan gizi, sedangkan
efek tidak langsung dari suatu infestasi termasuk dini penuaan dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi jamur. (Wiki, 2011)
G.
rostochiensis mempengaruhi pertumbuhan kentang (Akar tanaman menunjukkan
menit terinfeksi, badan putih, yang merupakan perempuan dewasa yang telah
meletus melalui epidermis akar. Pada kepadatan nematoda sangat tinggi,
umbi-umbian dapat menjadi terinfeksi, mengakibatkan munculnya kista pada
permukaannya. (Wiki, 2011)
Pada tingkat rendah, kentang
nematoda kista melakukan kerusakan kecil, tapi setelah bertahun-tahun berulang
kentang budaya, kista nematoda ini dapat meningkat dalam jumlah seperti untuk
membatasi produksi. Dalam beberapa kasus yang ekstrim, hasil mungkin kurang
dari buah bibit yang ditanam. Lapangan gejala infestasi berat sama
antara-membentuk kista nematoda; pertama mereka mendorong pertumbuhan miskin di
tempat, diikuti oleh kenaikan dalam ukuran dan jumlah titik. Kerusakan dengan
sistem akar biasanya dikaitkan dengan layu tanaman dan pendek. Tomato Tomat
tanaman ini gejala yang mirip dengan kentang mengharapkan bahwa akar mungkin
memiliki sedikit bengkak. (Tarte, R. 1979)
Kerugian Ekonomi. Keberadaan G. rostochiensis ini sangat merugikan
budidaya tanaman kentang, karena merupakan parasit penting pada tanaman kentang
yang mempunyai daya merusaknya sangat tinggi sehingga dapat menurunkan produksi
sampai 70 %. Kerugian yang diderita bervariasi bergantung kepada populasi larva
yang terdapat dalam tanah sekitar perakaran. Hasil penelitian di luar negeri
menyatakan bahwa pada tingkat populasi 20 telur NSK/g tanah dapat mengurangi
hasil umbi sekitar 2,75 ton/ha, pada populasi telur yang cukup tinggi kerugian
bisa mencapai 22ton/ha. Di Indonesia berdasarkan hasil survey dibeberapa lokasi
pertanaman kentang di 4 provinsi yang terserang, kerugian yang dialami petani
dapat mencapai 32-71% (Mulyadi, 2003)
Pengelolaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dirangkum oleh Sethi
dan Gaur (1990), lahan pertanaman kentang yang sudah terserang oleh G.
rostochiensis yang dirotasi dengan tanaman kentang varietas tahan atau
tanaman lain yang bukan inang NSK di US selama dua tahun dapat menurunkan
populasi sista sangat rendah. Di USRR rotasi tanaman salama 3-4 tahun dapat
menekan NSK sampai 98%, di India dapat menekan sampai 80% (Soeganda, A.W.W.,
2003).
Pengendalian dengan Pengaturan. Bila NSK memasuki suatu area
pertanaman kentang, akan relatif sulit untuk mengatasinya, oleh karena itu
pengendalian dengan peraturan perlu ditempuh. Pengendalian dengan peraturan
dilakukan dalam rangka mencegah OPT masuk, menyebar dan berkembang. Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi surveillance, dan menentukan tindakan karantina
serta eradikasi.Beberapa tindakan pengaturan yang dapat disarankan :
a. Membatasi
ijin impor benih kentang dari negara tertular dalam jumlah kecil untuk tujuan
pengembangan varietas baru dengan ketentuan karantina yang ketat.
b. Impor
hanya benih kentang yang dijamin sertifikasi kesehatannya (phytosanitary) dari
negara asal benih dengan pernyataan bebas dari OPTK dan area asal benih di
tanaman bebas dari infestasi NSK dan bersih dari kontaminasi tanah, dan bekas
tumbuhan lain.
c. Impor
umbi kentang untuk konsumsi dari negara tertular harus dicuci, diberi perlakuan
benih (seed treatment) seperti perlakuan benih dengan 1% Sodium
hypochlorite dan pencucian dengan air panas dan pengeringan
d. Pelarangan
peredaran benih tanpa sertifikat bebas nematoda dari daerah terserang ke daerah
bebas terserang
e. Keharusan
perlakuan benih (fumigasi, perendaman desinfektan, dsb) dan kentang konsumsi di
daerah terserang
f. Pelarangan
membawa tanah, bahan tanaman dan media pembawa lain dari daerah terserang ke
daerah belum terserang
0 comments :
Posting Komentar