KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Suborder : Sternorrhyncha
Family : Pseudococcidae
Genus : Pseudococcus
Spesies : Pseudococcus citriculus
Kutu putih pepaya
memilliki telur berwarna kuning kehijauan di dalam kantung telur (ovisac) yang
panjangnya dua kali lipat atau lebih daripada panjang tubuhnya. Keseluruhan
kantung telur ditutupi oleh lilin putih (Miller & Miller, 2002).
Nimfa kutu putih pepaya instar
pertama disebut crawler dan belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Panjang tubuh nimfa instar pertama adalah rata-rata 0,4 mm dengan kisaran
0,3-0,5 mm dan lebar tubuh rata-rata 0,2 mm dengan kisaran 0,2-0,3 mm (Miller
& Miller, 2002). Nimfa kutu putih pepaya instar kedua sudah dapat dibedakan jenis
kelaminnya dengan melihat warna tubuhnya. Nimfa instar dua jantan tubuhnya
berwarna merah muda, sedangkan yang betina berwarna kuning. Kutu putih pepaya
instar kedua memiliki panjang tubuh rata-rata 0,7 mm dengan kisaran 0,5- 0,8 mm
dan lebar tubuh rata-rata 0,4 mm dengan kisaran 0,3-0,5 mm (Miller &
Miller, 2002).
Kutu putih pepaya
instar ketiga betina memiliki panjang rata-rata 1,1 mm dengan kisaran 0,7-1,8
mm dan lebar tubuh rata-rata 0,7 mm dengan kisaran 0,3- 1,1 mm (Miller &
Miller 2002). Secara umum kutu putih pepaya instar ketiga betina ukuran
tubuhnya lebih besar dan lebih lebar dibandingkan dengan yang jantan (Friamsa,
2009).
Imago betina
memiliki permukaan tubuh yang dilapisi oleh lilin putih tipis, memiliki
rangkaian filamen lilin di sekitar tepi tubuh bagian posterior yang berukuran
1/4 kali panjang tubuhnya dan tidak memiliki sayap. Panjang tubuh imago betina
rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan lebar tubuh rata-rata 1,4 mm
dengan kisaran 0,9-1,7 mm (Miller & Miller 2002). Imago betina biasanya
meletakkan 100-600 telur dalam satu kantung telur (ovisac). Peletakan telur
biasanya berlangsung dalam 10 hari, dan pada hari kesepuluh nimfa instar satu
atau crawler sudah mulai aktif mencari makan (Walker et
al, 2003).
Imago jantan berwarna merah muda, terutama pada masa pra pupa dan pupa,
sedangkan pada saat instar pertama dan kedua berwarna kuning. Panjang tubuh
imago jantan rata-rata 0,6 mm dengan kisaran 0,5-1,0 mm dan lebar tubuh 0,3 mm
dengan kisaran 0,2-0,6 mm (Gambar 1B). Imago jantan memiliki antena dengan 10
segmen, aedagus terlihat jelas, memiliki sejumlah pori lateral dan sayap
berkembang dengan baik (Miller & Miller, 2002).
Telur diletakkan di bagian bawah daun yang sejajar
dengan tangkai dan tulang daun. Telur Kutu putih berbentuk bulat berwarna
kuning kehijauan dan ditutupi oleh massa seperti kapas dan akan menetas dalam
waktu 10 hari setelah diletakkan (Walker et al., 2003). Telur diletakkan secara
berkelompok dalam sebuah kantung (ovisak), kantung telur terbuat dari
benang-benang lilin yang sangat lengket. Telur yang tidak berhasil menetas akan
berubah warnanya setelah satu hari menjadi agak kehitaman, sedangkan telur yang
berhasil menetas berwarna kuning tua. Imago betina sewaktu meletakkan telur
posisi abdomen ditekukkan ke bawah dan ovipositor tegak lurus pada permukaan
tanaman. Lalu telur diletakkan pada bagian bawah permukaan tanaman. Setelah
meletakkan telur yang pertama, imago kutu putih akan maju beberapa langkah dan
proses peletakan telur berikutnya segera dimulai. Telur diletakkan di sisi
telur terdahulu, sehingga letak telur berjejer sepanjang tangkai dan tulang
daun. Pada pengamatan perkembangan stadium telur kutu putih pada tanaman
pepaya, diperoleh rata-rata lama stadium telur adalah 7,0±0,67 hari .Telur akan
menetas dalam waktu 10 hari setelah diletakkan. Keadaan lingkungan dapat
mempengaruhi lama stadium telur, terutama suhu.
Siklus Hidup Kutu Putih. Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki
tahapan perkembangan hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami
metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari stadium
telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan stadium
imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu
generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada temperatur. Kutu putih
pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna),
yaitu terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar
pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat
berupa pupa, dan stadium imago yang memiliki sepasang sayap (Tanwar et
al., 2010).
Gejala serangan. Hama kutu putih biasanya bergerombol sampai
puluhan ribu ekor. Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian
tanaman bisa diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk
menyebabkan daun kerdil dan keriput seperti terbakar. Hama ini juga
menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga sehingga
tanaman yang diserang akan berwarna hitam. Kutu menyukai
tempat yang agak teduh tetapi tidak terlalu lembab. Serangga dewasa dan nimfa
menghisap bagian tanaman, sehingga terjadi perubahan bentuk yang tidak normal.
Pada tanaman yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas.
Tanaman Inang. Menurut Miller
& Miller (2002) dan Walker et al. (2003) P.
marginatus memiliki lebih dari 25 genus tanaman inang, diantaranya tanaman
yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pepaya, jeruk, alpukat, terong,
kembang sepatu, dan kamboja. Di Indonesia, hama tersebut dilaporkan menyerang
21 spesies tanaman dari beberapa famili seperti Caricaceae, Fabaceae, Aracaceae
(talas-talasan), Cucurbitaceae (labu-labuan), Malvaceae (kapas-kapasan),
Convolvulaceae (kangkung-kangkungan), Myrtaceae
(jambu-jambuan), Moraceae, Rubiaceae, dan Apocynaceae (Sartiami et
al., 2009). Selain menyerang tanaman pertanian, kutu putih pepaya juga
menyerang gulma, yaitu Abutilon indicum, Achyranthus
aspera, Cleome viscosa, Commelina benghalensis, Convolvulus
arvensis, Euphorbia hirta, Phyllanthus niruri, Leucas
aspera, Ocimum sanctum, Parthenium hysterophorus, Tridax
procumbens, Trianthema portulacastrum, dan Canthium inerme (Tanwaret
al., 2010).
Pengendalian secara Biologi (Musuh Alami). Menurut Muniappan et al. (2006), musuh alami untuk kutu
putih pepaya di daerah asalnya di Meksiko adalah Acerophagus papayae Noyes and Schauff, Anagyrus loecki Noyes and Menezes, Pseudoleptomastix mexicana Noyes and Schauff. Coccinellid predator yang
digunakan untuk mengendalikan kutu putih adalah Cryptolaemus montrouzieri (Coleoptera: Coccinellidae).
Menurut
Sartiami et al. (2009b), musuh alami untuk kutu putih pepaya yang
ditemukan di wilayah Bogor untuk golongan predator terdiri dari Ordo Diptera
dari Famili Syrphidae; Ordo Coleoptera dari Famili Coccinellidae; dan Ordo
Neuroptera dari Famili Chrysopidae. Dari golongan parasitoid yang ditemukan
adalah Ordo Hymenoptera dari Famili Encyrtidae, Braconidae, Scelionidae, dan
Eulophidae. Predator yang ditemukan dari wilayah Bogor sama dengan yang
ditemukan di Sukabumi yaitu Scymnus sp.,Curinus coeruleus, Chilocorus sp.
dan Cryptolaemus montrouzieri.
0 comments :
Posting Komentar