A. Perangkap kuning
Jebakan ini didasari sifat serangga yang menyukai
warna kuning mencolok. Sebab warna itu mirip warna kelopak bunga yang sedang
mekar sempurna. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap akan
merekat sampai akhirnya mati. Umumnya seranga yang dapat terjebak adalah hama
golongan apid, kutu, dan tungau yang kemudian dijadikan indikator populasi hama
sekitar. Biasanya jebakan ini disebut dengan yellow sticky trap.
B. Lampu / Light trap
Lampu perangkap merupakan suatu unit alat untuk
menangkap atau menarik serangga yang tertarik cahaya pada waktu malam hari.
Alat ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi serangga di
lahan pertanian.Komponen utama dari lampu perangkap atau yang dikenal juga
dengan light trap ini yaitu lampu, corong dan kantung plastik, serta rangka
beratap. Lampu, dengan daya minimal 100watt, berfungsi untuk menarik serangga
pada waktu malam hari. Corong merupakan tempat masuknya serangga, kantung
plastik berfungsi untuk menampung serangga yang tertangkap. Kemudian, rangka
beratap fungsinya untuk melindungi lampu dan hasil tangkapan terutama dari
hujan.Cara kerja perangkap ini, lampu diletakkan di dalam lahan sawah di
pinggir pematang. Letak bisa disesuaikan dengan kondisi tempat karena alat ini
menggunakan lampu sehingga memerlukan sumber aliran listrik. Satu unit lampu
perangkap sebagai monitoring dapat digunakan untuk luasan 300-500 ha, sedangkan
untuk pengendalian seluas 50 ha.Light Trap adalah hasil kolaborasi antara
Jonathan Gatto dan Mike Thompson Studio Atùppertù: Pekerjaan yang menawarkan
pendekatan baru yang radikal untuk desain pencahayaan. Menggunakan pigmen
photoluminescent untuk menangkap dispersi cahaya, mengubah limbah energi dalam
suatu sumber penerangan lebih lanjut. fotoluminesen yang sebenarnya, adalah
proses di mana energi yang diserap oleh suatu zat yang secara bertahap dirilis
sebagai cahaya. ( Gatto, 2009 : 1).
Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan di suatu
tempat sebagai panduan utama. Mereka akan terbang mendekat begitu melihat
cahaya, baik berasal dari lampu menyala ataupun api. Pada saat terbang
mengitari lampu itulah mereka membentuk generasi baru.
Hama dari golongan serangga di kebun juga mempunyai
sifat yang sama, sehingga pekebun membuat perangkap lampu. Serangga akan
terbang mengitarinya hingga akhirnya jatuh dan masuk ke dalam jebakan beridi
air atau lem yang ada di bawah lampu. Umumnya hama yang terperangkap adalah
golongan aphid, ngengat, atau coleoptera.
C..Feromon
Jebakan tersebut dibuat dengan memanfaatkan kebutuhan
komunikasi serangga pengganggu tanaman. Komunikasi itu dilakukan dengan hormon
bernama feromon. Hal ini berguna untuk menunjukkan adanya makanan, memikat
pejantan, menandai jejak, membatasi wilayah teritorial, atau memisahkan kelas
serangga antara serangga pekerja, tentara dan ratu. Feromon yang umum digunakan
adalah feromon untuk menarik pasangan dari hama.
Zat yang berbau seperti feromon betina disebut
atraktan yang dipasang pada perangkap yang diletakkan di kebun. Serangga jantan
akan tertarik dan masuk ke dalam perangkap yang telah diberi air atau lem.
Makhluk yang akhirnya masuk ke dalam jebakan umumnya kana tetap disana hingga
mati (Majalah Trubus.2011).
D. Pitfall trap
Perangkap jenis ini digunakan untuk memperangkap
serangga yang berjalan di atas permukaan tanah. Pitfall trap dibuat dengan cara
membenamkan kaleng kecil ke dalam tanah. Di bagian dalam kaleng kita berikan
larutan pengawet yang terdiri atas campuran 5 bagian propylene phenoxytol, 45
bagian propylene glycol, 50 bagian formalin, dan 900 bagian air. Untuk menarik
kedatangan serangga, maka kita tempatkan umpan di dalam perangkap tersebut.
Umpan diletakkan sedemikian rupa sehingga serangga akan tertarik oleh umpan
tersebut. Perangkap ini diberi penutup untuk melindungi dari hujan atau
gangguan lainnya (Jumar, 2000).
E. Aerial bait trap
Perangkap jenis ini berukuran relatif
kecil, dan biasanya terbuat dari dua buah stoples plastik yang berdiameter 15
cm dengan bagian tutup berulir. Kedua stoples tersebut diletakkan berhadapan
pada bagian mulutnya, satu diatas yang lain. Tutup stoples tersebut diberi
lubang besar. Pada bagian dalam akan diletakkan corong yang dibuat dari kawat
kasa. Bagian dasar dari stoples yang atas diberi ventilasi untuk mencegah kondensasi
dan membiarkan serangga yang terperangkap akan tetap hidup.
Serangga yang tertarik dengan umpan
akan masuk melalui lubang pada stoples bagian bawah. Sesuai dengan perilaku
serangga, setelah makan mereka akan terbang dan berjalan ke stoples atas melalui
corongg kawat kasa dan tidak bisa lagi keluar.Serangga yang tertangkap
dipindahkan ke botol lain. Perangkap ini diletakkan dengan cara
menggantungkannya di atas sebuah tiang atau tanaman. Pada bagian penggantung
diberikan zat penolah (repellan) untuk
mencegah semut (Jumar, 2000)
E. ME dan Cue lure
Penggunaan senyawa atraktan dan
perangkap dalam pengendalian lalat buah adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan; dengan kata lain
perangkap dan atraktan adalah komponen yang saling melengkapi sehingga mendapat
hasil tangkapan. Aplikasi pengendalian demikian merupakan bentuk penekanan populasi yang dilakukan dengan
teknik MAT (male annihilation technique). Lalat buah yang tertarik oleh senyawa
yang bersifat penarik atau sebagai feromon seks ini adalah jenis jantan.
Diasumsikan apabila populasi serangga jantan lalat buah di alam berkurang akan
memberi dampak pada menurunnya regenerasi populasi spesiesnya. Lalat buah
Tephritidae (=Trypetidae) merupakan salah satu famili yang memiliki jumlah
genus dan spesies terbanyak dari ordo Diptera yakni terdapat sekitar 4000
spesies yang terbagi dalam 500 genus (White dan Elson-Harris, 1992). Menurut
Metcalf (1991) dan Kuba (1991), Bactrocera (Dacinae) merupakan salah satu genus
yang sangat penting secara ekonomis dan tersebar secara luas di dunia yang
dapat ditemukan di daerah tropis maupun subtropis seperti Afrika, India,
Taiwan, Jepang, Indonesia dan Kepulauan Pasifik (Anonim, 1988; Fay, 1989).
Bactrocera adalah salah satu genus dari lalat buah yang merupakan salah satu
serangga hama utama dan penting buah-buahan dan sayuran tropis (White dan Elson
Harris, 1992Untuk melakukan monitoring atas populasi dan spesies yang menyenng
sekaligus sebarannya dapat digunakan mt penikat atau atraktan. Jenis zat
pemikat (ataktan) yang sering digunakan dan memiliki pengaruh daya pikat yang
kuat ialah: Methyl Eugenol (ME) dan Cue Lure (Cue). Kedua atlaktan ini
meinpunyai daya pikat yang be6eda, ME mempunyai daya pikat dengan
j"ngkalan radius lebih kurang 0,8 kro, sedangkan Cue hanya pada radius O3
lm (Drew, 1978)
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
Busnia, Munzir. 2006. Entomologi. Padang : Universitas
Andalas pressAnthony RC, Ksren FA,
Amy E, Carmichael, Jhon AM, Ragbu S, Gmrge KR. Davit K.
Drew RAI. 1989. The Tropical Fruit Flies (Diptera:
Tephritidae ) ofthe Australian and Oceanian Regions.
/z: memoirs of Queensland Museum. Vol.25.A-Queensland Gov.Project.52l pp.
Kalshoven.LGE. 1981. The Pest Of Corp Crops In
Indonesia . Jakarta : Ichtiar Baru
Michael, P. 1994. Metode ekologi untuk penyelidikan
ladang dilaboratorium. Jakarta : universitas
indonesia press.
BAHAN BACAAN
Yeartes. 2005. lnvasive Phytophagous pest
arising through recent topical evolutionary radiation: T\e Bactrocera dorsalrs
Complex of Fruit F[es. Annual Review of Entomology, 2005; 50:293-319.
Amstrong KF, Cameron CM, Frampton ER.
1997. Fruit Fly (Diptera: Tephritidae) species identification: arapid moleculer
diagrostic lgshnigue for quarantine application. Bulletin Entomology Research.
87: I I l-l 18 f,hew RAl, Hooper GHS, Barcman MA. 1978. Economic fruit flies of
the south Pacific Region, MCF, Romig Queensland. 137 pp.
Drew RAI, Hancock DL. 1994.'[\e
Bactrocera dorsalis complex of fruit fly @iptera: Tepbritidae: Dacinae) in Asia
Bulletin of Entomologist Research. Cab. Intemational.
Grainge,M. and S. Ahmed (1987). Handbook
of Plants with Pest-Contol Properties. John Wiley & Sons. New York.
Hardy DE. 1983. The fruit flies oftribe
Euphrantini of Indonesia" New Cuinea, and adjacent islands (Tephritidae:
Diptera). lnternational Journal of Entomology 25:152-205
Kalli MB. 1992. Mengatasi buah rontok,
busuk dan berulat Penebar Swadaya. Jakarta
Kardinm, A. 2ffi3. Mengeiral lebih dekat
selasih I aeman ketramat multi menfaat. Agromedia Pustaka Taagemng
Liang GQ, Yang GH, Liang F, Ian QQ, Xu W.
I 99 I . The first report of an analysis of protein fiom larvae offour species
ot fruit fleis with elechoplioresis. Acta Agricultural Univenity Jianxiensis.
13:13zl-'136.
Pujiastuti,Y., T.Adam dan M.tiusmiati.
2007. Bioaktivitas Konrbinasi Minyak selasih hijau daD Ekstrak Buah Belimbing
Sebagai Afiattan Lalat Buah (Bactocera spp) (Diptera : Tephritidae) Pada
Tanaman Belimbing (Avurhoa carambola L)
Rohani and Ibrahin AG. 1990. llandbook on
identification of&uit flies in the tnopics. Universiti Pertanian Malaysia
Serdang.
Schoonhoven LM, Jermy T,and Van Loon JJA.
1997. trsect Plant Biology from Physiology to evolution. Chapman & Hall.
Loudon
Whit€, I.A. and Errol-Hanis M. 199,4.
Fruit flies of Economic Significance: Their identification and bionomics. ACIAR
Austalia
0 comments :
Posting Komentar