Kamis, 03 Oktober 2013

entomologi serangga :ARTI PENTING SERANGGA


Mengapa perlu belajar serangga?

A. Serangga berbeda dibanding hewan lain

1. Jumlah spesiesnya banyak
Serangga merupakan organisme yang mendominasi kehidupan di bumi, yaitu terdiri dari 1 – 4 juta spesies. Berbagai penelitian menyatakan bahwa makhluk hidup di dunia ini terdiri dari 80% artropoda dan 20% hewan selain artropoda dan manusia.  Dari 80% artropoda, 75%nya adalah serangga dan 25% adalah artropoda lain selain serangga. Ordo Coleoptera merupakan serangga dengan jumlah spesies terbanyak dari seluruh kelompok serangga yang ada. Serangga merupakan hewan purba, telah ada di bumi sejak 400 juta tahun yang lalu (jt th yl) dan diketahui sebagai hewan daratan pertama di bumi, kelompok mamalia berada di bumi ± 230 jt th yl, sedangkan keberadaan manusia modern baru muncul  ± 1 jt th yl.

2. Serangga adalah hewan purba
Pengetahuan mengenai keberadaan serangga pada masa lampau tidaklah lengkap, kebanyakan hanya merupakan dugaan dan berdasarkan pada bukti-bukti secara tidak langsung. Ada 4 sumber informasi utama yang bisa dijadikan dasar tentang keberadaan serangga di masa lampau, yaitu:

Fakta sejarah
Terdapat beberapa batuan permata berbentuk serangga di Mesir kuno, puisi dan lukisan kuno tentang serangga di Cina, lempengan emas yang bergambarkan serangga pada masa Alexander Agung, dan juga lukisan di dinding goa yang dibuat oleh Indian Fremont, serta mahkota yang berhiaskan elytra serangga Coleoptera di Kuil Horyuji, Nara, Jepang. Hal ini membuktikan bahwa serangga telah ada dan telah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu {ribuan tahun sebelum masehi}.

Fosil
Fosil merupakan fakta akurat yang menunjukkan bahwa serangga merupakan hewan purba. Serangga umumnya bertubuh lunak, oleh karena itu pada dasarnya serangga bukanlah hewan yang mudah memfosil. Meskipun demikian masih bisa ditemukan fosil serangga di batuan, baik pada batubara maupun batuan sedimen. Selain pada batuan, fosil serangga juga ditemukan pada amber {getah pohon}. Fosil artropoda yang dianggap memiliki hubungan erat dengan serangga adalah Oncopoda, yaitu spesies Aysheaia pedunculata yang ditemukan di Yoho National Park, Columbia pada jaman Precambian dan dianggap sebagai nenek moyang serangga modern. Fosil lain yang sangat terkenal adalah fosil serangga Palaeoptera yaitu Meganeura (ditemukan 350 jt th yl) yang saat ini telah punah berbentuk seperti capung dengan bentangan sayap sepanjang 69 cm. Ini merupakan serangga terbesar yang pernah ada di bumi. Beberapa fosil juga banyak ditemukan baik pada batuan sedimen maupun pada amber. Fosil Coleoptera telah ditemukan pada batuan sedimen di sungai Eocene Green, Colorado Barat, dan fosil Orthoptera ditemukan pada amber di daerah pepohonan Columbia. Kedua fosil ini diperkirakan berumur 40 jt th yl.

Terdapat dugaan telah terjadi evolusi pada serangga. Teori evolusi menyatakan bahwa serangga berasal dari hewan seperti cacing yang tubuhnya beruas-ruas. Dari Ruas-ruas yang ada muncul alat-alat tubuh, pada kepala muncul antena dan mata sederhana, pada ruas-ruas berikutnya muncul sepasang kaki sederhana. Pada perkembangan selanjutnya antena berkembang dengan baik dan mata sederhana berkembang menjadi mata majemuk. Ruas tubuh ke 1,2,3,4 mereduksi menjadi satu pada bagian kepala, ruas tubuh ke 5,6,7, menjadi toraks dengan 3 pasang kaki, sedangkan ruas ke 8 dan seterusnya. menjadi abdomen tanpa kaki. Hewan yang masih ada hingga saat ini dan dianggap serupa dengan nenek moyang serangga modern adalah velvet worm, karena memiliki beberapa persamaan dengan serangga yaitu peredaran darahnya terbuka, bernafas dengan sistem trachea, dan tipe alat mulutnya adalah pengunyah.

Hubungan filogenetik
Para ahli entomologi menghubungkan fosil serangga yang ditemukan pada masing-masing jaman purba dengan serangga yang ada pada saat ini, kemudian dibuatlah sebuah bagan alur perubahan serangga purba menjadi serangga modern berdasarkan habitat, ciri-ciri morfologi, serta berdasarkan DNA-nya. Hubungan filogenetik ini merupakan sumber informasi yang tidak langsung tetapi penting karena dapat digunakan sebagai pengidentifikasi serangga-serangga primitif berdasarkan pada kemiripan bentuk tubuh dengan serangga yang ada saat ini.

Distribusi geografi
Distribusi geografi serangga dapat juga dijadikan sebagai dasar prediksi tentang keberadaan serangga pada masa lampau yaitu dengan cara menginterpretasikan penyebaran serangga secara geografis dan hubungan inter-spesies, yang terjadi karena perubahan komposisi di bumi (terpisahnya pulau-pulau besar yang dulunya menyatu) pada jaman Cretaceous.


***

Ke 4 informasi tersebut menunjukkan sebuah gambaran yang mengagumkan tentang sejarah serangga. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan prediksi kemunculan serangga di bumi, sebagai berikut:
Serangga primitif {serangga tak bersayap} muncul setelah tumbuhan perintis tercipta di daratan. Pada saat itu {akhir jaman Silurian: kira-kira 410 jt th yl} semua filum utama tumbuhan perintis dan hewan termasuk artropoda telah berkembang dengan baik. Pada saat pertengahan jaman Devonian {375 jt th yl} kondisi udara dingin, basah, dan lembab sehingga terjadi kemunculan tumbuhan paku yang sangat melimpah di darat. Setelah itu iklim menjadi hangat dan lembap serta tercipta suatu kondisi lingkungan yang semakin kompleks sehingga muncullah serangga yang bisa terbang.

Pada jaman Pennsylvanian {kira-kira 300 jt th yl} telah terdapat 12 ordo serangga, beberapa ordo saat ini telah punah. Kebanyakan serangga berbentuk seperti kecoa, oleh karena itu jaman Pennsylvanian juga disebut sebagai “jaman kecoa”. Pada jaman ini juga ditandai dengan ekspansi serangga secara besar-besaran pada daerah utara dan selatan yang berasal dari daerah katulistiwa.

Pada jaman Permian, lebih dari 10 ordo serangga telah hidup mapan di bumi termasuk beberapa serangga modern. Pada jaman ini reptile dan tumbuhan juga berkembang dengan cepat, dan terjadi kenaikan kompetisi pada serangga predator {karnivora} dan herbivora. Hal ini menyebabkan peningkatan kompleksitas lingkungan yang memacu terjadinya peningkatan keanekaragaman.

Akhir jaman Permian ditandai dengan kepunahan spesies-spesies hewan dan tumbuhan secara masal termasuk delapan ordo serangga punah saat itu. Pada jaman Triassic dan Jurassic spesies-spesies yang tersisa mengalami perkembangan yang sangat pesat, disinilah terjadi perubahan besar-besaran sejarah kehidupan di bumi (150-200 jt th yl). Pada masa ini, iklim menjadi lebih hangat dan kering serta diikuti dengan kemunculan mamalia dan burung termasuk ektoparasitnya, sedangkan serangga-serangga pemakan tumbuhan semakin mapan.

Selama jaman Cretaceous terjadi perubahan iklim dan pergeseran komposisi bumi {terpisahnya pulau-pulau besar yang dulunya menyatu}. Pada jaman ini muncullah tumbuhan angiospermae dan dengan cepat mendominasi komunitas tumbuhan di bumi. Pada saat itu mulai terdapat serangga yang memanfaatkan bunga sebagai sumber pakan, baik pemakan nektar maupun polen.

Pada akhir jaman Cretaceous terjadi lagi kepunahan organisme secara masal, yaitu kira-kira 70% dari keseluruhan organisme yang hidup pada saat itu mengalami kepunahan, termasuk Dinosaurus serta beberapa famili dan spesies serangga. Dugaan ini dikuatkan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi dan paleontologi yang menyatakan bahwa pada waktu itu terjadi peningkatan jumlah debu di atmosfer sehingga sinar matahari terhalang dan suhu mengalami penurunan, keadaan semacam ini terjadi selama beberapa bulan. Menurut penelitian para ahli tersebut menyatakan bahwa terjadinya kepunahan masal itu adalah dampak dari pergerakan matahari melalui gerakan spiral galaksi Bimasakti. Kepunahan masal tersebut terjadi secara periodik, yaitu setiap 26 juta tahun sekali.

Jaman Tertiary dan Quarternary terjadi pergolakan iklim hingga terbentuklah jaman es yang kini berada di daerah-daerah kutub. Hal ini juga menyebabkan terjadinya pemencaran organisme pada daerah yang sesuai termasuk serangga. Kebanyakan genus serangga modern telah mapan sejak 30 jt th yl dan masih ada hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa serangga benar-benar binatang purba yang masih ada hingga saat ini.

3. Serangga sangat hebat adaptasinya
Serangga hidup di semua habitat dan nice dibumi ini, baik di darat maupun diperairan. Hal ini menunjukkan bahwa serangga memiliki kemampuan adaptasi yang sangat hebat terhadap lingkungan. Keberadaan serangga hingga saat ini menunjukkan bahwa serangga adalah hewan yang sukses hidup dengan adaptasi yang sangat hebat. Adaptasi serangga ini didukung oleh: ukuran tubuh serangga yang kecil, mempunyai eksosekeleton, kecepatan reproduksi yang tinggi, bermetamorfosis, mempunya kemampuan terbang, serta memiliki kemampuan mempertahankan diri baik terhadap cekaman lingkungan maupun terhadap musuhnya.

B. Mempunyai peranan penting bagi manusia

1. Serangga bermanfaat dan serangga netral
Serangga bermanfaat dan serangga netral terdiri dari 90% dari keseluruhan serangga yang ada dimuka bumi ini. Berbagai peran serangga bermanfaat adalah sebagai rantai makanan dalam ekosistem, pengurai bahan organik, pembantu aerasi dalam tanah, pembantu keseimbangan ekosistem dan konservasi hutan, penyerbuk tanaman, model dalam ilmu pengetahuan, indikator lingkungan dan iklim, bahan baku industri, makanan, dan bahan inspirasi seni.

2. Serangga yang merugikan / sebagai hama
            Serangga yang bersifat sebagai hama hanya 10% dari serangga yang ada di muka bumi meskipun demikian peranan serangga ini menjadi sangat penting bagi manusia karena  telah mampu menyebabkan kerugian yang sangat besar baik pada  manusia secara langsung maupun pada tanaman serta pemukiman. Serangga yang merugikan ini umumnya bersifat sebagai hama pada daerah pemukiman, tanaman budidaya (hama tanaman maupun hama gudang), manusia (mengganggu secara langsung), maupun sebagai vektor penyakit manusia, hewan, tumbuhan.

C. Sejarah entomologi

Ilmu tentang serangga dimulai pada jaman Fir’aun, yaitu masa Ramses II pada tahun 400 SM yang dibuktikan dengan laporan seorang penulis Mesir tentang belalang yang menjadi hama pada pertanaman gandum. Pasca periode Renaisance (biologi modern) pada tahun 1667, Fransisco Redi mampu membantah teori Generatio spontanea dengan memanfaatkan seekor lalat. Pada tahun 1668 dipublikasikannya morfologi malphigi ulat sutera. Penamaan biologi yang dikenal dengan Systema natural oleh Linnaeus yang dipublikasikan pada tahun 1758 merupakan sistem penamaan binomial pertama kali yang diperkenalkan di dunia. Systema natural oleh Linnaeus ini digunakan untuk menamai tumbuhan dan hewan tingkat tinggi yang ada di muka bumi, sedangkan sistem penamaan binomial pada serangga dilakukan oleh muridnya yaitu Fabricius pada tahun 1775 yang disebut dengan systema entomology.

Entomologi adalah salah satu cabang ilmu zoology yang mempelajari segala sesuatu mengenai serangga (Entomon adalah serangga; logos adalah ilmu) dan orang yang mempelajarinya disebut entomologist atau entomologiwan. Orang yang mempelajari serangga bisa jadi berprofesi sebagai peneliti, guru, dosen, petani, dan bahkan para penghobi. Charles Darwin merupakan orang pertama yang dengan antusias mengoleksi kumbang sebagai hobi yang akhirnya ia teliti evolusinya dan menceritakannya kepada seluruh entomologiwan di seluruh dunia. Dewasa ini terdapat beberapa penghobi koleksi serangga dan bahkan menjualnya sebagai mata pencaharian; terutama serangga-serangga yang secara estetika menarik seperti kupu-kupu dari Bantimurung-Indonesia, kupu-kupu, kumbang, dan serangga lain dari Kuala Lumpur-Malaysia.


referensi :Suputa, Elisa UGM (Entomologi Serangga) www.elisa.ugm.ac.id

0 comments :

Posting Komentar

Ikuti Saya ^___^

visitors

 

My Blog List

Feedjit

PLANT HOSPITAL Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino